Sabtu, 01 April 2017

Menjadi Orang yang Beruntung

Menjadi Orang yang Beruntung

ولتكم منكم أمة يدعون إلى الخير ويأمرون بالمعروف وينهون عن المنكر وأوْلآئك هم المفلحون.
"Dan hendaklah diantara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang – orang yang beruntung." (Ali Imran : 104)
Ajaran Islam sesuai dengan fitrah manusia. Naluri manusia, sesuai fitrahnya, menginginkan keuntungan yang didapatnya, bukan kerugian yang diderita. Pada Firman Allah Swt Ali Imran ayat 104 di atas, Allah Swt menjanjikan keuntungan bagi manusia bila mematuhi dan mantaati perintahnya : ya'muru na bil ma'ruf wa yanhauna 'anil munkar. Mereka yang dijanjikan oleh Allah Swt kelak diberi gelar al muflihun (orang – orang yang beruntung). Apakah Anda ingin menjadi orang yang beruntung ??
Menyeru kepada perbuatan baik dan mencegah perbuatan mungkar sering diidentikkan dengan kata 'Dakwah'. Namun dakwah bagi sebagian besar orang merupakan istilah yang kurang popular. Konotasi kita tentang dakwah tertuju pada ceramah, tablig akbar, Dewan Dakwah, MUI, dan sebagainya. Istilah tersebut seolah mengalami penyempitan arti, yaitu aktivitas yang dilakukan oleh orang yang bertugas sebagai penyeru dakwah, yakni kiay, ustadz, ustadzah, mubaligh, mubalighoh, dsb.
Padahal dakwah artinya 'mengajak'. Mengajak orang lain untuk berbuat baik. Mengajak orang lain agar selamat hidupnya d dunia dan di akhirat. Tidak cuma keselamatan dirinya, tetapi juga keluarga, lingkungan, dan masyarakatnya. Dakwah artinya sangat luas. Bahkan setiap kebaikan yang disampaikan kepada orang orang lain yang berfungsi untuk mengingatkan adalah termasuk dakwah.
Perumpamaan dakwah yang sangat tepat telah digambarkan oleh Rasulullah Saw. Beliau mengibaratkan satu masyarakat dengan sebuah kapal. Di dalam kapal tersebut ada yang berada di atas, ada yang di tengah, dan ada yang di bawah. Apabila seseorang mau mengambil air, maka dia harus naik ke geladak kapal. Ada segelintir orang di bagian bawah yang enggan untuk naik ke sana dan memutuskan untuk melubangi kapal sehingga bisa langsung mendapatkan air. Tindakan orang – orang yang melubangi kapal di bagian bawah, apabila didiamkan oleh orang lain di dalam kapal tersebut, maka semua awak kapal akan tenggelam.
Berdakwah berarti menyampaikan kebenaran, saling menasihati dan saling mengingatkan. Ibarat kalau kita sedang di depan rumah, ada anak kecil berlari ke tangah jalan yang ramai lalu lintasnya. Kemudian secara spontan kita akan mengingatkan anak tersebut. Bahkan kalau perlu berlari ke tengah jalan untuk menggendong anak tersebut balik ke pinggir jalan. Mengapa kita tidak melakukan sesuatu kepada masyarakat yang karena ketidaktahuannya mereka melakukan pelanggaran terhadap perintah Allah Swt yang dapat membahayakan dirinya dan orang lain ?
Orang – orang yang beruntung itu adalah yang menjadi pejuang dakwah di jalan Allah Swt. Mereka menyerahkan harta dan diri mereka demi tegaknya panji Allah. Dakwah bagi mereka adalah suatu pengggilan dan keharusan.
Oleh karena itu, dakwah menjadi kewajiban bagi siapapun. Semua orang harus mau melakukannya, kalau tidak ingin hancur. Memang mempunyai ilmu dan keahlian akan lebih baik. Namun bila melihat anak kecil di tengah jalan yang ramai apakah kita harus menunggu cukup berilmu agar dapat menyelamatkan anak tersebut ? Setidaknya ada satu hal yang kita ketahui, segeralah amalkan. Rasulullah Saw menyuruh kita untuk menyampaikan kebenaran darinya meskipun hanya sedikit. "Ballighuu 'annii walau aayah (Sampaikanlah oleh kalian apa – apa yang kalian dapat dariku meskipun hanya satu ayat" (Al Hadits). Terlebih sebagai orang yang berilmu, dengan predikat akademisi yang kita sandang, tentunya harapan besar umat ada pada pundak kita.
Semoga kita menjadi orang – orang yang beruntung. Amiin

Dikutip dengan penambahan seperlunya dari
Buku Agar Layar Tetap Terkembang
Karangan Prof. DR. KH. Didin Hafidhuddin