Selasa, 30 Mei 2017

Tafsir Quran surat Al Hasyr ayat 18 – 24

Tafsir Quran surat Al Hasyr ayat 18 – 24


Firman Allah Swt di dalam AlQuran surat Al Hasyr ayat 18 – 20 :
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok, dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (18). Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik (19). Tiada sama penghuni-penghuni neraka dengan penghuni-penghuni surga; penghuni-penghuni surga itulah orang-orang yang beruntung (20).
Allah Swt berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah.” Allah memerintahkan untuk bertakwa kepadaNya. Pengertian takwa ini mencakup sesuatu yang telah diperintahkan dan meninggalkan sesuatu yang telah dilarang. Selanjutnya, Allah Ta’ala berfirman, “Dan hendaklah setap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok.” Yaitu, “hisablah dirimu sebelum dihisab oleh Allah, dan lihatlah apa yang telah kamu tabung untuk diri-diri kamu, berupa amal-amal shaleh, untuk hari di mana kamu akan kembali dan berhadapan dengan Tuhan kamu. “Dan bertakwalah kepada Allah,” penegasan untuk kedua kalinya, “sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Yaitu, ketahuilah, bahwa Allah Yang Maha Suci adalah  Maha Tahu atas semua perbuatan dan ihwal kamu. Tidak ada sesuatu pun yang dapat kamu sembunyikan daripadaNya dan tidak ada perkara-perkara kamu yang ghaib daripadaNya, yang besar atau yang kecil.
Allah Swt berfirman, “Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri.” Yaitu, janganlah kamu lupa berzikir kepada Allah Swt, sehingga menyebabkan kamu lupa beramal demi kepentingan dirimu, yang akan mendatangkan manfaat di hari kamu kembali nanti. Karena siapa yang menepuk air di dulang, terpercik muka sendiri. Itulah sebabnya Allah Swt berfirman “Mereka itulah orang-orang yang fasik.” Yaitu, orang-orang yang keluar dari garis ketaatan kepada Allah, binasa di hari kiamat nanti, dan  merugi di hari mereka dikembalikan. Hal ini seperti firmanNya, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang merugi.” (al-Munaafiqun : 9).
Firman Allah Swt, “Tiada sama penghuni-penghuni neraka dengan penghuni-penghuni surga,” Tidak sama kaum yang ini dan kaum yang itu di dalam hukum Allah pada hari kiamat nanti. Hal ini seperti firmanNya, “Apakah orang-orang yang membuat keburukan itu menyangka bahwa Kami akan menjadikan mereka seperti orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh, yaitu sama antara kehidupan dan kematian mereka? Amatlah buruklah apa yang mereka sangka itu.” (al-Jatsiyah : 21). Dan firman Allah Swt, “Dan tidaklah sama orang yang buta dengan orang-orang yang melihat, dan tidak pula orang-orang yang beriman dan beramal shaleh dengan orang-orang yang durhaka. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran.” (al-Mu’min : 58). Dan banyak lagi ayat-ayat lainnya yang menunjukkan bahwa Allah akan memuliakan orang-orang yang berbuat kebajikan dan menghinakan orang-orang yang berbuat keburukan. Itulah sebabnya, Allah Ta’ala berfirman, “Penghuni-penghuni surga itulah orang-orang yang beruntung,” Yaitu, orang-orang yang terhindar dan selamat dari siksa Allah Ta’ala.
Pada ayat berikutnya masih di dalam surat Al Hasyr pada penghujung surat, yakni pada ayat 21 hingga 24 :
“Kalau sekiranya Kami menurunkan Al-Qur’an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpaan-perumpaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berpikir (21). Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Yang Maha Mengetahui yang Ghaib dan yang nyata. Dialah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang (22). Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Mahasejahtera, Yang Mengaruniakan keamana, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Maha Memiliki segala keagungan, Mahasuci Allah dari apa yang mereka persekutukan (23). Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang membentuk Rupa, Yang Mempunyai nama-nama yang paling baik. Bertasbih kepadaNya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Mahabijaksana (24).
Allah Swt berfirman guna mengagungkan perkara Al-Quran dan menjelaskan ketinggian martabatnya. Dan sudah selayaknya hati manusia tunduk kepadanya dan bergetar ketika mendengarnya, mengingat di dalamnya terdapat janji yang benar dan ancaman yang keras. “Kalau sekiranya kami menurunkan al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah,” Yaitu bilamana gunung, walaupun keras, kasar, dan tuli akan tetapi kalau saja dia mendengar dan memahami al-Quran ini, kemudian mentadabburi kandungannya, pastilah dia akan tunduk dan bergetar karena beratnya dan karena takutnya kepada Allah. Maka bagaimanakah halnya dengan kamu, sedangkan kamu dapat mendengarkan dan memahami ayat-ayatnya? Dan bagaimana mungkin layak bagi kamu, wahai umat manusia, jika hati-hati kamu tidak menjadi lunak, khusyu, dan bergetar karena takut kepada Allah? Itulah sebabnya Allah Swt berfirman, “Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berpikir.”
Di dalam hadits yang mutawattir dikatakan, “Ketika Rasulullah Saw dibuatkan sebuah mimbar, padahal sebelumnya beliau selalu berkhotbah di samping batang pohon kurma yang terdapat di dalam masjid, ketika mimbar itu dipasang, kemudian beliau datang untuk berkhotbah dengan melewati batang pohon kurma itu menuju mimbar. Pada saat itu, batang pohon kurma merintih seperti rintihan anak kecil. Hal itu karena sebelumnya, pohon kurma mendengarkan zikir dan wahyu di sisinya.” Di dalam riwayat lain, Hasan al-Bashri mengatakan setelah mengutip hadits ini, “Maka kamu sekalian lebih berhak untuk merindukan Rasulullah Saw daripada batang kurma itu.”
Kemudian Allah Swt berfirman, “Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata. Dialah Yang Mahapemurah lagi Maha Penyayang.” Allah Ta’ala mengabarkan bahwa Dia itu tidak ada Tuhan selain Dia. Tidak ada Rabb dan Tuhan lain selain Dia. Setiap yang disembah selain Allah adalah batil. Dan bahwa Dia itu Maha Mengetahui semua yang ada, baik yang tampak kita saksikan, ataupun yang ghaib, tersembunyi dari kita. Tidak ada yang tersembunyi bagiNya sesuatu pun, baik di langit maupun di bumi, yang mulia dan yang hina, yang besar dan yang kecil, termasuk atom-atom di kegelapan malam.
Allah Swt berfirman, “Dialah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” Maksudnya, Dia mempunyai rahmat yang Maha luas, yang mencakup semua makhluk. Allah adalah MahaRahman dan Rahim di dunia dan akhirat. Hal ini sebagaimana firmanNya, “…Dan rahmatKu meliputi segala sesuatu…” (al-A’raaf : 156). Kemudian Allah Swt berfirman, “Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Raja,” yaitu yang memiliki segala sesuatu, dan yang mengaturnya, tanpa ada yang menghalangi. Firman Allah Swt, “Yang Mahasuci” yaitu yang senantiasa dimahasucikan oleh para malaikat yang mulia, “Yang Mahasejahtera,” Yang Maha selamat dari segala macam aib dan kekurangan, karena Allah adalah yang Mahasempurna dalam zat, sifat dan seluruh perbuatanNya. “Yang mengaruniakan keamanan,” Ibnu Abbas ra. mengatakan, “Semua makhlukNya akan merasa aman, karena Allah tidak akan menganiaya mereka.” “Yang Maha Memelihara.” Penggalan ini seperti firmanNya, “Sesungguhnya Allah menyaksikan segala sesuatu.” (an-Nisaa’ : 33). Artinya, Dialah yang mengawasi hamba-hambaNya.
Firman Allah Swt, “Yang Maha Perkasa,” Dialah Yang menggenggam segalas sesuatu kemudian menundukkannya dan mengalahkan segala sesuatu. Maka tidak ada yang lain yang akan mendapatkan keperkasaan, keagungan, kemuliaan, dan kebesaranNya. Itulah sebabnya Allah Swt berfirman, “Yang Maha kuasa, Yang Maha Memliki segala keagungan.” Kebesaran tidak layak disandang kecuali oleh Zat Yang Mahamulia, dan takabur tidak layak disandang kecuali oleh Zat yang Maha Agung.
Kemudian Allah Swt berfirman, “Mahasuci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” Selanjutnya, Allah Swt berfirman, “Dialah Allah Yang menakdirkan, Yang Mengadakan, Yang membentuk Rupa,” Al-Khalqu artinya ‘menakdirkan’. Al Bur’u artinya ‘melaksanakan dan melahirkan sesuatu yang telah ditakdirkan dan ditetapkan ke alam wujud’. Sedangkan al-Mushawwir adalah ‘yang melaksanakan apa yang Dia kehendaki agar terlahir ke alam wujud, sesuai dengan sifat yang dikehendaki dan dipilihNya. Seperti firmanNya, “dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuhmu.” (al-Infithaar : 8). Selanjutnya, Allah Ta’ala berfirman, “Yang mempunyai nama-nama yang paling baik.” Hal ini dijelaskan pada surah Al-A’raaf ayat 180.
Firman Allah Swt, “Bertasbih kepadaNya apa yang ada di langit dan di bumi.” Seperti firmanNya, “Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada sesuatu pun melainkan bertasbih dengan memujiNya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.” (al-Israa’ : 44). Lalu Allah Swt berfirman, “Dan Dialah Yang Mahaperkasa maka (laa yuraamu janaabuhu?) lagi Mahabijaksana.” Di dalam syariat dan ketentuanNya.
Demikianlah, ringkasan tafsir penghujung surah al-Hasyr ini. Segala puji dan karunia hanyalah milik Allah semata. Syukur dan keutamaan adalah milikNya. Kepadanya memohon taufik dan kepadaNya menyerahkan diri.



Dikutip dari Ringkasan Tafsir Ibnu katsir IV. Penghujung surah alHasyr ini merupakan salah satu bagian ayat yang dibaca tatkala melafalkan doa al-ma’tsurat wazifah kubra. Semoga kembali kepada kta dengan hikmah dan keberkahan, amiin..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar