HOME SWEET HOME
Setiap orang merupakan bagian
(anggota) dari keluarganya. Ketenangan yang hadir dalam lingkup keluarga
-secara fitrah- dinanti-nantikan oleh semua orang. Setiap anggota keluarga,
ayah, ibu, anak, kakek dan nenek serta semua angota keluarga merindukan suasana
kehangatan dan kasih sayang dalam keluarganya. Unit terkecil dalam sebuah
bangsa ini juga merupakan penentu lahirnya semangat dan karakter
pribadi-pribadi yang tangguh dalam membangun bangsa.
Namun, berbagai fenomena yang
terjadi saat ini telah menjauhkan harapan segenap orang mendapatkan ketenangan
dalam kelurga. Tren-tren dalam kehidupan keluarga yang menghancurkan
sendi-sendi dalam keluarga dapat kita lihat dalam banyak contoh. Fenomena
yang terjadi di negara-negara maju yang sedikit banyak telah terjadi di
negara berkembang, diantaranya :
1.
Fenomena terjadinya bunuh diri di kalangan remaja
Sebuah laporan yang
diterbitkan majalah TIME bertemakan ” Teen Suicide” (Bunuh diri di kalangan
remaja), menjelaskan bahwa kecenderungan bunuh diri di kalangan remaja yang
berumur antara 10 s/d 20 tahun meningkat sangat tajam di Amerika, yaitu
bertambah tiga kali lipat pertahunnya sejak 1950.
Kenapa hal ini terjadi ?
Alasan terjadinya kecenderungan bunuh diri pada kaum remaja di negara-negara
maju antara lain karena kaum remaja telah kehilangan satu bentuk perlindungan
atau naungan sebenarnya yang mutlak keberadaannya dalam satu keluarga. Dan
perkembangan jiwa remaja yang tidak sehat karena hilangnya kepedulian dan kasih
sayang dalam lingkaran sebuah keluarga.
Kedua sebab tersebut
sebenarnya berakar dari hancurnya keutuhan keluarga sebagai satu unit sosial.
Ada dua faktor utama atas retaknya sistem sebuah keluarga di negara-negara maju (Elisabeth Diana Dewi,
Profil keluarga di Barat, Jurnal ilmiah Al Insan, 2006) :
Pertama, konsentrasi yang hanya ditujukan untuk
meraih kesenangan dalm kehidupan perkawinan daripada berpikir tentang tanggung
jawab. Beberapa pasangan menikah apabila mereka sepakat untuk mencari
kesenangan dan kenikmatan saja. Jadi apabila kehidupan perkawinan itu tidak
dapat lagi memberikan apa yang mereka cari, maka mereka akan memilih jalan
mereka sendiri-sendiri. Hal ini telah mengakibatkan erosi kesakralan lembaga
pernikahan, sehingga perceraian sebagai konsekwensinya menjadi suatu hal yang
biasa.
Kedua, putusnya sistem keluarga besar yang utuh.
Hal ini dapat ditelusuri dari adanya gejala-gejala meningkatnya jumlah orang
tua bahkan kakek nenek lanjut usia yang dikirim ke panti-panti jompo yang hidup
terpisah dari keluarga mereka sendiri.
2.
Kekerasan Rumah Tangga
Selain merebaknya aksi bunuh
diri di kalangan remaja, kekerasan rumah tangga juga merupakan praktek dan
pengalaman yang terus berkembang baik berupa penganiayaan fisik, psikis maupun
seks yang bertujuan menunjukkan kekuatan dan mengendalikan orang lain. Fakta kondisi rumah tangga berdasarkan hasil survey di negara-negara barat
antara lain : Pertama, kabur dari rumah. Kedua, kekerasan rumah
tangga sangat serius yang menjadi problem sosial yang meliputi : (1) Pembunuhan
dalam rumah tangga (domestic homicides) (2) Isu-isu kesehatan (Health
Issues) (3) Kekerasan pada pergaulan bebas remaja baik penyiksaan fisik
maupun seksual (4) Kekerasan di dalam rumah tangga sehingga mengakibatkan efek
psikologis terhadap anak (5) pemerkosaan terhadap wanita.
Home sweet home
Kita harus flasback kembali
fungsi keluarga itu sebetulnya. Keluarga dalam pandangan Islam bukanlah sekadar
tempat berkumpulnya orang-orang yang terikat karena perkawinan maupun
keturunan, akan tetapi mempunyai fungsi yang demikian luas. Rasulullah Saw sendiri
telah menyatakan dalam sebuah haditsnya : ”Jadikanlah rumahmu tempat tinggal
yang menyenangkan, dan janganlah jadikan seperti makam, tempat kembalinya
orang-orang yang sudah meninggal dunia.
Lebih lanjut, DR. KH. Didin
Hafiduddin menyimpulkan dari tulisan Jallaluddin Rahmat (1986), mengenai fungsi
keluarga. Keluarga mempunyai beberapa fungsi yang luas yang berkaitan satu
dengan yang lainnya, yaitu :
A.
fungsi
afektif dan reproduksi,
keluarga memberikan kasih sayang dan melahirkan keturunan (QS. Al furqon : 74),
B.
fungsi
religius, keluarga
memberikan pengalaman dan pendidikan keagamaan kepada anggota-anggotanya.
Kebiasaan-kebiasaan perilaku agama (seperti sholat, shaum, kedisiplinan,
mengenal Al Quran) hendaknya ditanamkan sedini mungkin dalam keluarga,
C.
fungsi
rekreatif, keluarga
merupakan pusat rekreasi bagi angggotanya. Karenanya, suasana betah di rumah (in
home) harus senantiasa diusahakan,
D.
fungsi
protektif, keluarga
melindungi anggota-anggotanya dari rasa takut, khawatir, ancaman fisik,
ekonomis, dan psikosional. Artinya, keluarga merupakan tempat pemecahan
masalah-masalah tersebut,
E.
fungsi
edukatif, keluarga memberikan nilai-nilai pendidikan kepada
anggotanya, dan terutama anak-anak. Orangtua biasanya merupakan figur sentral
dalam proses pendidikan dalam keluarga,
F.
fungsi
sosial, keluarga
merupakan latihan prsoses sosialisasi nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat
kepada para anggotanya, sekaligus keluarga juga memberikan prestise dan status
kepada angota-anggotanya, dan fungsi lainnya.
Potret
keluarga teladan menjadi salah satu sumber inspirasi bagi kita. Kita dapat
melihat potret keluarga teladan yang dikisahkan dalam Al Qur an diantaranya :
Keluarga Imran, Keluarga Nabi Ibrahim as, Keluarga Luqmanul Hakim, Keluarga
Nabi Ya’qub as, Keluarga Nabi Daud as, dan Kelurga Nabi Syu’aib as bersama
kedua putrinya.
Dengan
mengerti kedudukan keluarga, permasalahan/fenomena yang terjadi mengenai
persoalan keluarga, fungsi dan peran keluarga serta mengambil hikmah dari
contoh keluarga teladan dalam AlQur an,
kita berharap kehangatan dan ketenangan dalam keluarga (sakinah wa rahmah) dapat
hadir di tengah-tengah keluarga kita dimana kita menjadi bagian di
dalamnya, baik sebagai anak, ayah ataupun ibu.
Wallahu a’lam bi shshawwab
Daftar Pustaka :
1.
Elisabeth
Diana Dewi, Profil keluarga di Barat, Jurnal ilmiah Al Insan (2006), GIP
2.
DR.KH.Didin
Hafidhuddin, (dosen IPB Bogor dan anggota Dewan Syariah Nasional), Keunggulan
Keluarga Islami Jurnal ilmiah Al Insan (2006), GIP
3.
Yendri
Junaidi LC, Jurnal ilmiah Al Insan (2006), GIP
Tidak ada komentar:
Posting Komentar