ULUMUL QUR’AN
Kata ‘ulum
dalam bentuk jamak/plural dari
kata “ilmu”, yang secara
etimologis bermakna pemahaman
dan pengetahuan. Secara terminologis ’Ulum
al-Qur’an bermakna seluruh
pembahasan yang berhubungan dengan al-Qur’an al-Karim, baik dari segi
penyusunan, pengumpulan, sistematika, perbedaan antara surat Makkiyah &
Madaniyah, perbedaan antara ayat-ayat muhkamat & mutasyabihat,dan
lain-lain yang berhubungan dan ada sangkut pautnya dengan al-Qur’an itu
sendiri. Tujuan studi ’Ulum al-Qur’an yaitu agar memahami Kalam Allah
ta’ala sesuai dengan keterangan dan penjelasan Rasulullah ’alaihissalam,
sahabat dan tabi’in; agar mengetahui
tokoh-tokoh Mufassirun (ahli tafsir), cara dan gaya mereka dalam menafsirkan
ayat-ayat al-Qur’an; dan agar mengetahui
kaedah-kaedah, persyaratan dan ilmu-ilmu yang menopang tafsir al-Qur’an.
Wahyu secara etimologi berarti pemberitahuan secara cepat dan rahasia. Didalam al-Qur’an,
kata “wahyu” digunakan untuk beberapa makna diantaranya;
- Ilham sebagai bawaan dasar manusia (fitrah), seperti wahyu
terhadap ibunya Nabu Musa ‘alaihissalam (al-Qashash : 7),
وَأَوْحَيْنَا إِلَى أُمِّ مُوسَى أَنْ
أَرْضِعِيه ِ
Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa;
"Susuilah dia”
- Ilham yang berupa instink pada binatang, seperti wahyu kepada
lebah (Surah an-Nahl : 68),
وَأَوْحَى رَبُّكَ إِلَى النَّحْلِ أَنِ
اتَّخِذِي مِنَ الْجِبَالِ بُيُوتًا وَمِنَ الشَّجَرِ وَمِمَّا يَعْرِشُونَ
Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah:
"Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di
tempat-tempat yang dibikin manusia".
- Isyarat yang cepat melalui bahasa symbol atau kode seperti isyarat
Nabi Zakariya ‘alaihissalam kepada kaumnya untuk bertasbih (surah
Maryam : 11),
فَخَرَجَ عَلَى قَوْمِهِ مِنَ الْمِحْرَابِ فَأَوْحَى
إِلَيْهِمْ أَنْ سَبِّحُوا بُكْرَةً وَعَشِيًّا
Maka ia keluar dari mihrab menuju kaumnya,
lalu ia memberi isyarat kepada mereka; hendaklah kamu bertasbih di waktu
pagi dan petang.
- Bisikan dan tipu daya syaithan untuk menjadikan yang buruk pada
diri manusia kelihatan indah (surah Al-An’am : 121),
وَإِنَّ الشَّيَاطِينَ لَيُوحُونَ إِلَى
أَوْلِيَائِهِمْ لِيُجَادِلُوكُمْ وَإِنْ أَطَعْتُمُوهُمْ إِنَّكُمْ لَمُشْرِكُونَ
Sesungguhnya syaitan itu membisikkan
kepada kawan-kawannya agar mereka membantah kamu; dan jika kamu menuruti
mereka, sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang-orang yang musyrik.
5. Perintah Allah
yang disampaikan kepada para malaikat (surah Al-Anfal : 12),
إِذْ يُوحِي رَبُّكَ إِلَى الْمَلَائِكَةِ
أَنِّي مَعَكُمْ فَثَبِّتُوا الَّذِينَ ءَامَنُوا
(Ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan
kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka teguhkanlah
(pendirian) orang-orang yang telah beriman".
Makna “wahyu”
secara terminologis (syara’) berarti Kalam Allah ta’ala yang diturunkan kepada seorang Nabi/Rasul
dengan cara yang sangat cepat dan rahasia, tidak biasa (terjadi) pada manusia
biasa.
Cara turunnya wahyu
diterangkan oleh Rasulullah ‘alaihissalam didalam hadis riwayat Imam
Bukhary.
- Tanpa perantara, dengan dua (2) cara :
Pertama : melalui mimpi yang benar,
seperti cerita ‘Aisyah tentang mimpi Nabi yang datang seperti terangnya waktu
pagi,tidak samar.
Kedua : Pembicaraan Ilahy dari
balik tabir yang didengar oleh seorang Nabi dalam keadaan terjaga, seperti yang
dialami oleh Nabi Musa ‘alaihissalam (surah an-Nisa’ : 164),
وَكَلَّمَ اللَّهُ مُوسَى تَكْلِيمًا
- Dengan perantara (malaikat Jibril), dengan dua (2) cara :
Pertama : datang seperti dencingan
lonceng dan suara yang amat kuat yang mempengaruhi faktor-faktor kesadaran
sehingga Nabi siap menerima wahyu tersebut. Inilah yang paling berat buat Nabi
Muhammad ‘alaihissalam.
Kedua : Jibril datang kepada
Nabi dalam wujud seorang manusia, seperti hadis tentang Islam, iman dan
ihsan.
Al-Qur’an berasal dari kata
“qara’a” yang berarti mengumpulkan dan menghimpun. Bentuk masdar-nya
(infinitif) adalah “Qira’ah” yang berarti menghimpun huruf-huruf dan
kata-kata satu dengan yang lain dalam suatu ucapan yang tersusun rapi
(“membaca”). “Al-Qur’an” sepadan dengan kata “Qira’ah” yang
berarti “bacaan”, seperti yang tertera didalam surah Al-Qiamah ayat 17-18 :
.فَإِذَا قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرْءَانَهُ. إِنَّ
عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْءَانَهُ
Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah
mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila
Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu.
Secara terminologis definisi Al-Qur’an yaitu kalam Allah
yang tiada tandingannya (mu’jizat), diturunkan kepada Nabi Muhammad ‘alaihissalam
penutup para Nabi dan Rasul, dengan perantara Malaikat Jibril alaihi salam,
ditulis dalam mushhaf-mushhaf yang disampaikan kepada kita secara mutawatir
(oleh orang banyak), serta membaca dan mempelajarinya merupakan suatu ibadah,
dimulai demgan surat Al-Fatihah dan ditutup dengan surat An-Naas.
Nama – nama Al Quran antara lain :
1. Al-Qur’ân :(al-Isrâ’
: 9)
2. Al-Kitâb :
(al-Anbiyâ’ : 10)
3. Al-Furqân
(al-Furqân : 1)
4. Al-Dzikr (al-Hijr : 9)
5. Al-Tanzîl (al-Syu’arâ’ :192)
Sifat – sifat Al Quran yaitu :
1.
Nûr (Cahaya) (an-Nisa’
: 174)
2.
Hudâ (Petunjuk),
Syifâ’ (obat), Rahmah (rahmat) dan Maw’idzah (nasehat). (Yunus
: 57)
3.
Mubin (yang menerangkan) (al-Maidah
: 15)
4.
Mubârak (yang diberkahi) (al-‘An’âm
: 92)
5.
Busyrâ (kabar gembira) (al-Baqarah
: 97)
6.
‘Azîz
(yang mulia) (Fushshilat : 41)
7.
Majîd (yang dihormati) (al-Buruj
: 21)
8.
Basyîr (pembawa kabar
gembira) dan Nadzîr (pembawa peringatan) (Fushshilat : 3-4)
Hikmah
Al Quran diturunkan secara bertahap yaitu meneguhkan hati Rasulullah
‘alaihissalam, menegaskan sisi mukjizat
dan tantangan Al-Qur’an terhadap masyarakat Arab,
mempermudah
hafalan dan pemahaman Al-Qur’an, keserasian dengan
aspek historisitas (peristiwa) dan pentahapan dalam penetapan hukum Islam, dan sebagai bukti bahwa Al-Qur’an diturunkan dari sisi
Allah dan bukan buatan Nabi Muhammad ‘alaihissalam.
Daftar Pustaka :
- Buku Studi Ilmu – ilmu Qur an, karya Manna’ Khalil al-Qattan
- Kajian Ulumul Quran Lembaga Pendidikan Insani Yogyakarta
bersama Ustadz Ahmad Arif Rifan, SHI, MSi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar